Kamis, 23 Mei 2013

LDR Sebagai Sensor

23.11.08 | , , | 1 komentar Light Dependent Resistor ( LDR )Resistor jenis lainnya adalah Light dependent resistor (LDR). Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.

Namun perlu juga diingat bahwa respon dari rangkaian transistor akan sangat tergantung pada nilai LDR yang digunakan. Lebih tinggi nilai tahanan nya akan lebih cepat respon rangkaian.

Akan lebih mudah mengatur respon rangkaian bila kita menggunakan Op-Amp sebagai penguat atau saklar pada rangkaian LDR. Kita bisa gunakan berbagai jenis Op-Amp yang tersedia. Kalau tersedia jenis CMOS atau yang lain tidak akan mempengaruhi penampilan LDR pada rangkaian.

Tergantung pada aplikasi rangkaian yang akan kita rakit. Apakah keluaran Op-Amp akan tinggi saat LDR tidak mendapat cahaya atau Keluaran Op-Amp akan mencapai tegangan supply pada saat LDR mendapat cahaya. Gunakan rangkaian dasar Op-Amp Inverse atau Non-inverse.
Dengan sifat LDR yang demikian, maka LDR (Light Dependent Resistor) biasa digunakan sebagai sensor cahaya. Contoh penggunaannya adalah pada lampu taman dan lampu di jalan yang bisa menyala di malam hari dan padam di siang hari secara otomatis. Atau bisa juga kita gunakan di kamar kita sendiri.
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sunday, September 2nd 2012. | Sensor / Tranducer Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai resistansi yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti pada gambar berikut. Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Resistansi LDR,resistansi LDR keadaan gelap,resistansi LDR keadaan terang,sensor LDR,LDR,LDR (Light Dependent Resistor),sensitivitas LDR (Light Dependent Resistor),resistansi dari LDR,Karakteristik LDR,harga LDR,jual LDR,definisi LDR,dasar teori LDR,artikel LDR,pengertian LDR,bahan pembuat LDR,cahaya LDR,kegunaan LDR,fungsi LDR,manfaat LDR,keuntungan LDR,respon cahaya LDR,sensor cahaya,Sensor pada rangkaian saklar cahaya,Sensor pada lampu otomatis,Sensor pada alarm brankas,Sensor pada tracker cahaya matahari,Sensor pada kontrol arah solar cell,Sensor pada robot line follower,nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR,detektor cahaya,LDR Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai : Sensor pada rangkaian saklar cahaya Sensor pada lampu otomatis Sensor pada alarm brankas Sensor pada tracker cahaya matahari Sensor pada kontrol arah solar cell Sensor pada robot line follower Dan masih banyak lagi aplikasi rangkaian elektronika yang menggunakan LDR (Light Dependent Resistor) sebagai sensor cahaya. Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral sebagai berikut : Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Bila sebuah “Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)” dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR tersebut hanya akan bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-naikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai den-gan level cahaya 400 lux. Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik (TEDC,1998) Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah seiring den-gan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR seki-tar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebe-sar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sul-fida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak mua-tan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah men-galami penurunan.

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-cahaya-ldr-light-dependent-resistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sunday, September 2nd 2012. | Sensor / Tranducer Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai resistansi yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti pada gambar berikut. Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Resistansi LDR,resistansi LDR keadaan gelap,resistansi LDR keadaan terang,sensor LDR,LDR,LDR (Light Dependent Resistor),sensitivitas LDR (Light Dependent Resistor),resistansi dari LDR,Karakteristik LDR,harga LDR,jual LDR,definisi LDR,dasar teori LDR,artikel LDR,pengertian LDR,bahan pembuat LDR,cahaya LDR,kegunaan LDR,fungsi LDR,manfaat LDR,keuntungan LDR,respon cahaya LDR,sensor cahaya,Sensor pada rangkaian saklar cahaya,Sensor pada lampu otomatis,Sensor pada alarm brankas,Sensor pada tracker cahaya matahari,Sensor pada kontrol arah solar cell,Sensor pada robot line follower,nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR,detektor cahaya,LDR Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai : Sensor pada rangkaian saklar cahaya Sensor pada lampu otomatis Sensor pada alarm brankas Sensor pada tracker cahaya matahari Sensor pada kontrol arah solar cell Sensor pada robot line follower Dan masih banyak lagi aplikasi rangkaian elektronika yang menggunakan LDR (Light Dependent Resistor) sebagai sensor cahaya. Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral sebagai berikut : Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Bila sebuah “Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)” dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR tersebut hanya akan bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-naikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai den-gan level cahaya 400 lux. Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik (TEDC,1998) Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah seiring den-gan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR seki-tar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebe-sar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sul-fida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak mua-tan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah men-galami penurunan.

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-cahaya-ldr-light-dependent-resistor/
Copyright © Elektronika Dasar
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sunday, September 2nd 2012. | Sensor / Tranducer Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor yang peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai resistansi yang turun menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti pada gambar berikut. Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Simbol Dan Fisik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor),Resistansi LDR,resistansi LDR keadaan gelap,resistansi LDR keadaan terang,sensor LDR,LDR,LDR (Light Dependent Resistor),sensitivitas LDR (Light Dependent Resistor),resistansi dari LDR,Karakteristik LDR,harga LDR,jual LDR,definisi LDR,dasar teori LDR,artikel LDR,pengertian LDR,bahan pembuat LDR,cahaya LDR,kegunaan LDR,fungsi LDR,manfaat LDR,keuntungan LDR,respon cahaya LDR,sensor cahaya,Sensor pada rangkaian saklar cahaya,Sensor pada lampu otomatis,Sensor pada alarm brankas,Sensor pada tracker cahaya matahari,Sensor pada kontrol arah solar cell,Sensor pada robot line follower,nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR,detektor cahaya,LDR Aplikasi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai : Sensor pada rangkaian saklar cahaya Sensor pada lampu otomatis Sensor pada alarm brankas Sensor pada tracker cahaya matahari Sensor pada kontrol arah solar cell Sensor pada robot line follower Dan masih banyak lagi aplikasi rangkaian elektronika yang menggunakan LDR (Light Dependent Resistor) sebagai sensor cahaya. Karakteristik Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral sebagai berikut : Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Bila sebuah “Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)” dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR tersebut hanya akan bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-naikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai den-gan level cahaya 400 lux. Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik (TEDC,1998) Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah seiring den-gan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR seki-tar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebe-sar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sul-fida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak mua-tan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah men-galami penurunan.

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-cahaya-ldr-light-dependent-resistor/
Copyright © Elektronika Dasar

IC Decade Counter 4017


Seri CMOS 4000 adalah keluarga sirkuit terpadu standar yang melaksanakan berbagai fungsi logika menggunakan teknologi Complementary Metal-Oxide-Semiconductor, dan masih digunakan sampai sekarang. Mereka diperkenalkan oleh RCA sebagai CD4000 COS / MOS pada tahun 1968, sebagai komponen dengan penggunaan daya yang rendah dan merupakan alternatif yang lebih fleksibel untuk seri chip 7400 dengan logika TTL.
Sedangkan IC 4017 adalah IC 16-pin CMOS dekade counter dari seri IC CMOS 4000. Dibutuhkan input pulsa clock di pin clock input dan akan membuat salah satu dari sepuluh pin output menjadi “menyala /aktif” secara berurutan disetiap perubahan pulsa clock.
Contoh rangkaian sederhana dari ic 4017 adalah untuk membuat rangkaian “running LED” atau LED berjalan :

Rangkaian Counter Seven Segment Dengan IC 555

Rangkaian counter dengan tampilan seven segment adalah rangkaian elektronika yang sederhana, lagi-lagi kita memanfaatkan prinsip kerja IC 555 dan tentunya IC driver 4026B/4033B sebagai driver seven segment. Seven segment display biasa tersusun atas 7 bagian yang setiap bagiannya merupakan LED (Light Emitting Diode) yang dapat menyala. Jika 7 bagian diode ini dinyalakan dengan aturan yang sedemikian rupa, maka ketujuh bagian tersebut dapat menampilkan sebuah angka. Seven-segment display membutuhkan 7 sinyal input untuk mengendalikan setiap diode di dalamnya. Setiap diode dapat membutuhkan input HIGH atau LOW untuk mengaktifkannya, tergantung dari jenis seven-segmen display tersebut. Jika Seven-segment bertipe common-cathode, maka dibutuhkan sinyal HIGH untuk mengaktifkan setiap diodenya. Sebaliknya, untuk yang bertipe common-annide, dibutuhkan input LOW untuk mengaktifkan setiap diodenya.
Berikut Komponen yang dibutuhkan untuk membuat rangkaian led berjalan dengan IC 555 :
1.       Power supply 9 V (baterai)
2.       Resistor 1 K,33K, dan variabel resistor 10 K
3.       Kapasitor 10 mikrofarad
4.       Push button
5.       IC 555
6.       IC 4026 2 buah
7.       Seven segment common katoda2 buah
Rangkaian Led Berjalan Memanfaatkan Prinsip Kerja IC 555 dan 4017
 Gambar Rangkaian Led Berjalan Memanfaatkan Prinsip Kerja IC 555 dan 4017

Prinsip kerja dari rangkaian diatas adalah IC 555 akan memberikan pulsa clock pada IC 4026 dimana 4026 akan mengeluarkan logika biner untuk mengaktifkan setiap kaki pada seven segment dapat anda lihat pada tabel logika seven segment. Seven Segment pertama akan menampilkan angka dari 1 sampai 9, dan ketika seven segment sudah mencapai angka 9 maka IC 4026 yang pertama memberikan logika 1 pada IC 4026 yang kedua sehingga seven segment yang kedua menampilkan angka satu, begitu seterusnya. Jika untuk mengulang counter angka pada seven segment anda bisa menekan push button yang diatur sebagai reset. Serta untuk mengatur waktu delay pergantian angka yang ditampilkan pada seven segment kita dapat mengendalikannya dengan mengaturnya pada variabel resistor ataupun kapasitor.
Berikut tabel logika seven segment :
Tabel Kebenaran logika seven segment
Tabel Kebenaran logika seven segment

05 August 2009

Mengenal IC Timer 555

Di dalam dunia elektronika, baik analog maupun digital, IC 555 sangat banyak dijumpai sebagai komponen utama pewaktu (timer) dan pembangkit pulsa (pulse generator). Hal ini disebabkan karena selain harganya yang murah, juga karena IC 555 sangat mudah dalam perancangan dan stabil saat digunakan.

IC 555 diperkenalkan pertama kali oleh Signetics (diakuisisi oleh Philips) pada tahun 1971 dengan nama asli SE555/NE555 dan mendapat sebutan "The IC Time Machine". Nama 555 sendiri diambil dari penggunaan 3 buah resistor 5-kohm yang terdapat di dalam atau sebagai penyusun IC ini. Secara keseluruhan IC 555 tersusun atas 2 komparator tegangan, 1 flip-flop bistable, 1 transistor pembuangan (discharge), dan 3 resistor pembagi tegangan.

Untuk mengenal lebih jauh mengenai IC 555, ada baiknya kita mengetahui juga fungsi-fungsi pin/kaki IC 555 seperti yang ditunjukkan pada susunan pin dan blok diagram IC 555 berikut

Pin 1 (GROUND) : Merupakan titik 0V komponen yang dihubungkan dengan ground rangkaian atau ground supply. Pin ini ditunjukkan oleh titik (notch) yang terdapat pada badan komponen.

Pin 2 (TRIGGER) : Merupakan salah satu input komparator bagian bawah yang akan dibandingkan dengan input lain pada komparator tersebut yang telah direferensikan nilainya sebesar 1/3 tegangan supply (Vs). Jika input trigger berubah dari HIGH ke LOW dan besarnya kurang dari 1/3 Vs maka komparator bagian bawah ini akan mengaktifkan flip-flop sehingga akan dihasilkan output IC 555 dalam kondisi HIGH. Pin trigger ini mempunyai impedansi yang sangat besar, yaitu > 2MΩ

Pin 3 (OUTPUT) : Output IC 555 dinyatakan pada pin ini.

Pin 4 (RESET) : Digunakan untuk membuat output IC 555 dalam kondisi LOW (reset) untuk semua kondisi input. Reset akan terjadi saat pin ini diberikan tegangan sebesar ≤ 0,7V.

Pin 5 (CONTROL) : Merupakan salah satu input komparator bagian atas dimana input lain dari komparator adalah pin Threshold pada IC 555. Pin ini digunakan untuk mengatur tegangan ambang (threshold) yang telah diatur secara default sebesar 2/3 tegangan supply (Vs). Biasanya pin ini jarang digunakan dan saat tidak digunakan pin ini dihubungkan pada titik ground rangkaian melalui sebuah kapasitor 0,01uF yang berguna untuk mengurangi gangguan noise (desah).

Pin 6 (THRESHOLD) : Saat tegangan input pin ini berubah dari LOW ke HIGH dan besarnya lebih dari 2/3 tegangan supply (Vs) maka komparator bagian atas akan mereset flip-flop sehingga akan dihasilkan output IC 555 dalam kondisi LOW.

Pin 7 (DISCHARGE) : Merupakan jalur pembuangan arus yang berasal dari kaki kolektor transistor NPN yang terdapat pada IC 555. Pin ini biasanya dihubungkan pada sebuah kapasitor yang juga berfungsi untuk mengatur pewaktuan (timing) IC 555.

Pin 8 (VCC) : Sebagai input sumber tegangan DC yang digunakan untuk mengaktifkan IC 555. Sumber tegangan yang dapat digunakan sebesar 5V – 15V

Dalam aplikasi rangkaiannya, IC timer 555 mempunyai 3 mode operasi dasar, yaitu :
  1. Monostable
  2. Output rangkaian monostable hanya berupa satu pulsa (HIGH) saja, yaitu saat input sinyal yang diumpankan pada pin trigger berubah dari kondisi HIGH ke LOW. Rangkaian monostable juga biasa disebut dengan rangkaian one-shoot.
  3. Astable
  4. Output rangkaian astable berupa gelombang kotak yang berosilasi pada frekuensi dan periode tertentu, tergantung dari komponen RC yang digunakan.
  5. Bistable
  6. Output rangkaian bistable mempunyai 2 kondisi output yang dipengaruhi oleh input pada pin trigger dan reset. Atau dapat dikatakan, output rangkaian bistable serupa dengan output rangkaian astable yang dioperasikan secara manual tanpa menggunakan komponen RC sebagai pengatur pewaktuan (timing).

Reposting : Memanfaatkan Radiasi Sinyal Handphone sebagai Radio Remote Control


Seringkali apabila kita mendekatkan handphone ke pesawat penerima radio atau televisi akan terdengar suara “gemeretak” teratur.  Sebenarnya suara apakah itu ?  Suara tersebut dihasilkan dari rangkaian penala radio atau televisi yang menangkap sinyal handphone.  Handphone sebenarnya secara terus menerus memancarkan radiasi untuk berkomunikasi dengan BTS.  Microprosesor yang terdapat pada handphone akan bekerja, seberapa kuat memancarkan sinyal, seberapa kuat menarik arus dan sebagainya yang kesemuanya berjalan secara otomatis.  Misalnya apabila posisinya jauh dari BTS, maka handphone akan memancarkan sinyal dengan kekuatan maksimal agar dapat terus berkomunikasi dengan BTS, akibatnya arus yang ditarik akan semakin besar sehingga menyebabkan baterai akan lebih cepat habis.

Dalam tulisan kali ini, kita akan mencoba memanfaatkan radiasi sinyal handphone tersebut untuk menggerakkan peralatan elektrik, sehingga akan berfungsi sebagai radio remote control.  Dinamakan radio remote control karena kita akan memanfaatkan gelombang radio yang dipancarkan oleh handphone tersebut ketika kita mengirimkan pesan (SMS) atau miss call.

Karya ini diilhami oleh artikel yang terdapat di internet yang beralamat di : http://www.creative-science.org.uk/mobile_LED.html.  Pada awalnya artikel tersebut hanya digunakan sebagai pembelajaran dan demonstrasi tentang gelombang radio yang dipancarkan oleh handphone.  Kemudian dari rangkaian tersebut kita modifikasi dengan sedikit penambahan komponen elektronik berupa relay dan rangkaian bistable switch.

 




Diagram Blok Radio Remote Control




ANTENA

Pada dasarnya antena berfungsi sebagai penangkap sinyal / gelombang radio yang ada di udara.  Dalam hal dimensi, tentu saja antena harus disesuaikan dengan frekuensi dan panjang gelombang yang akan ditangkap.  Rumus dasar untuk pembuatan antena adalah :


Dimana                 l (baca : lambda) merupakan panjang gelombang dengan satuan meter

                                c = koefisien kecepatan cahaya = 300.000.000 m / detik

                                f = frekuensi dengan satuan hertz


Bila kita ingin membuat antena untuk menangkap sinyal yang dipancarkan oleh handphone, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu frekuensinya.  Frekuensi handphone jenis GSM yang ada di Indonesia bekerja pada frekuensi 850 MHz (Mega Hertz).  Kemudian kita sederhanakan 850 MHz = 850.000.000 Hertz.  Selanjutnya kita masukkan ke dalam rumus diatas, sehingga :


Panjang gelombang =  300.000.000 meter / 850.000.000 Hz = 0,3529 meter = 35,29 cm


Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa frekuensi 850MHz mempunyai panjang gelombang 0,3529 meter, atau disederhanakan menjadi 35 cm.  Selanjutnya mengenai bentuk antenanya kita pilih antena model loop.  Model loop ini adalah antara ujung dengan ujungnya bertemu.  Bahan yang kita gunakan untuk antena adalah kawat tunggal diameter 1 mm.  Kemudian kita bentuk menjadi segi empat seperti gambar dibawah ini dimana panjang masing-masing sisinya adalah 8,7 cm.  Darimana angka 8,7 cm tersebut ?  Angka tersebut berasal dari panjang keseluruhan 35 cm dibagi 4.  Sampai disini tahap pembuatan antena sudah selesai.


PENALA

Selanjutnya kita persiapkan komponen dioda dan LED.  Komponen dioda yang dipilih adalah jenis dioda germanium.  Kita gunakan dioda jenis IN-60 atau IN-4148 yang biasa terdapat pada pesawat radio.  Komponen dioda germanium dan kawat yang sudah dibentuk seperti diatas akan membentuk rangkaian penala yang akan menangkap frekuensi 850 MHz.  Selanjutnya komponen LED (Light Emitting Dioda) sebenarnya masih termasuk jenis komponen dioda yang bisa memancarkan cahaya.  LED digunakan sebagai indikator adanya sinyal.  Sebagai percobaan awal apakah antena dan penala bekerja kita rangkai antara kawat, dioda germanium dan LED menjadi seperti gambar dibawah ini.


Terlebih dahulu kita bersihkan ujung kawat juga ujung kaki komponen, kemudian kita solderkan komponen dioda dan LED.  Jangan lupa bahwa komponen jenis dioda adalah termasuk komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor sehingga diusahakan jangan terlalu lama terkena panas.

Setelah semua terangkai, kemudian kita tes antena tersebut.  Caranya dekatkan antena dengan handphone, kemudian cobalah handphone tersebut kita kirim SMS atau misscall.  LED akan menyala berkedip-kedip karena menangkap sinyal handphone.


PENGUAT SINYAL

Sinyal yang ditangkap oleh antena dan penala tersebut selanjutnya kita perkuat dengan menggunakan komponen transistor yang disusun secara “darlington pair”.  Penyusunan secara darlington pair tersebut akan meningkatkan penguatan hingga 1000 kali lipat.  Skema asli dari website http://www.creative-science.org.uk/mobile_LED.html adalah seperti dibawah ini.  


Apabila disambungkan ke rangkaian penguat sinyal, maka LED diganti dengan komponen condensator 0,1 uF.  Rangkaian diatas kemudian kita modifikasi dengan penambahan elektrolit condensator 10uF/16 volt sebagai stabiliser dan relay yang berfungsi sebagai penghubung dengan rangkaian selanjutnya.


RELAY 1

Posisi relay 1 terlihat pada gambar diatas.  Komponen relay merupakan sakelar atau switch yang bekerja secara elektromagnet.  Apabila ada sinyal handphone yang ditangkap oleh antena dan penala, sinyal tersebut kemudian diperkuat dan digunakan untuk menggerakkan relay 1.  Kompoen dioda IN4002 dipasangkan paralel dengan relay dimaksudkan untuk mencegah munculnya tegangan balik yang bisa merusakkan komponen transistor.  Kontak yang berada pada relay 1 akan ON apabila ada sinyal, tetapi apabila sinyalnya hilang maka Relay 1 akan kembali OFF.


BI-STABLE SWITCH

Fungsi bistable switch adalah untuk menetapkan status ON dan OFF.  Bila pada relay 1 ketika ada sinyal akan ON, tetapi bila sinyal hilang akan kembali OFF.  Dengan adanya rangkaian bistable switch, maka ketika ada sinyal, relay 1 akan ON sementara.  Informasi ini diolah oleh bistable switch untuk menggerakkan relay 2 dan menguncinya sehingga akan tetap ON meskipun setelah itu sinyal akan hilang dan relay 1 akan kembali OFF.  Relay 2 tetap akan ON sampai ada sinyal selanjutnya yang akan mengubah statusnya menjadi OFF.  Adapun rangkaian bistable yang dimaksudkan adalah seperti dibawah ini.

RELAY 2

Seperti halnya Relay 1, maka Relay 2 juga merupakan sebuah sakelar elektromagnet.  Kontak relay bisa kita hubungkan pada peralatan yang akan kita kontrol.  Berbeda dengan relay 1, relay 2 sifatnya mengunci antara ON dan OFF.  Misalnya misscall / SMS pertama Relay 2 akan ON, kemudian misscall / SMS kedua Relay 2 akan OFF


PERALATAN

Peralatan yang bisa kita hubungkan misalnya lampu, radio, kipas angin dan sebagainya.


Rangkaian Power Supply / Adaptor

Power Supply atau adaptor berfungsi sebagai pemasok tegangan.  Tanpa adanya tegangan rangkaian diatas tidak akan bekerja.  Adapun rangkaian adaptor adalah sebagai berikut.


Kelebihan Rangkaian Radio Remote Control dengan sinyal handphone ini :

  1. Biaya pembuatannya relatif murah 

  2.  Mudah dalam pembuatannya

  3. Karena mempergunakan sinyal handphone maka tidak terbatas oleh jarak

  4. Tidak memerlukan sambungan / interface khusus, cukup meletakkan handphone di dekat antena

  5. Bisa untuk menggerakkan peralatan dengan daya besar karena menggunakan relay

Kelemahannya :

  1. Tidak cocok digunakan untuk daerah yang kekuatan sinyalnya kecil, karena handphone akan terus menerus mengeluarkan radiasi sinyal yang cukup kuat untuk menggerakkan relay

  2. Peralatan akan terpicu dengan sendirinya apabila ada SMS atau misscall nyasar

  3. Cuma bisa menggerakkan 1 peralatan (1 channel)



Skema rangkaian lengkap:


Daftar Komponen

Dioda germanium IN60 / IN4148................................................................1 buah

Dioda silikon IN4002.................................................................................2 buah

Condensator keramik 0,1 uF...................................................................... 1 buah

Condensator keramik 0,01 uF.................................................................... 1 buah

Condensator keramik / mylar 0,22uF.......................................................... 1 buah

Condensator elektrolit 10uF/16V................................................................. 1 buah

Resistor 100 K........................................................................................  1 buah

Resistor 680 ........................................................................................... 2 buah

Resistor 47K...........................................................................................  2 buah

Resistor 1 M...........................................................................................  1 buah

LED........................................................................................................ 2 buah

Transistor BC109.....................................................................................  2 buah

IC 555....................................................................................................  1 buah

Relay 9 volt.............................................................................................  2 buah


Alhamdulillah setelah penulis rakit, rangkaian ini bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan.  Untuk pengembangan lebih lanjut, mungkin adaptornya dibuatkan tambahan berupa rangkaian charger handphone dan sebagainya.  Sebagai penerima bisa kita gunakan handphone GSM kita yang sudah lama dan jelek atau drop baterainya.  Apabila para pembaca tertarik untuk membuatnya, dibawah ini penulis sertakan layout dan desain PCBnya.  Ukuran PCB adalah : 12,1 x 3,8 cm.




Menurunkan Range Frekuensi Tuner Blok FM


Untuk memodifikasi Tuner Blok PTO atau Permeability Tuned Oscillator atau yang lebih akrab disebut "Balok Tuner", dimana standar setting pabrik biasanya pada range frekuensi 87 - 108 MHz, terlebih dahulu kita harus memahami prinsip dasar perubahan frekuensi pada rangkaian oscillator.  Cara kerja Oscillator bisa diibaratkan bagaikan sebuah pendulum atau bandul, dimana panjang tali bandul adalah nilai L (satuan Henry) dan berat bandul adalah nilai C (Farad).  Resonansi pada frekuensi tertentu akan terjadi antara L dan C.  Bila nilai L diperbesar dengan nilai C tetap, maka frekuensi pergerakan bandul akan turun, sebaliknya jika diperkecil maka frekuensi pergerakan bandul akan naik.  Demikian pula dengan nilai C, jika C diperkecil maka frekuensi akan naik dan bila diperbesar nilainya maka frekuensi akan turun.  Namun, bukan hanya frekuensi oscilatornya saja yang akan kita turunkan, tetapi juga penala dan band pass filter yang akan berpengaruh pada sensitifitas tuner tersebut.  Pada praktek kali ini penulis akan coba menurunkan range frekuensi tuner balok menjadi sekitar 76 - 90 MHz.



Dengan demikian ada 2 cara untuk menurunkan range frekuensi tuner balok, yaitu dengan menambahkan lilitan atau memperbesar nilai C.  Dalam tulisan ini, penulis mempraktekkannya dengan menambah nilai L.  Perubahan untuk menaikkan nilai L atau induktor bisa dilakukan dengan cara memperkecil ukuran kawat atau menambah jumlah lilitan.  Berdasarkan pengalaman penulis, modifikasi tuner balok dengan cara menaikkan nilai L hasilnya lebih bagus daripada memperbesar nilai C.

Langkah pertama : Siapkan tuner balok boleh yang baru, atau lama, yang penting masih standar dalam hal sensitifitas.  Pada praktek penulis menggunakan tuner balok merek Rayden.  Berhasil juga penulis terapkan pada tuner balok merek Astello.

Selanjutnya siapkan solder, kemudian bukalah solderan pada gambar yang penulis tandai dengan kotak warna merah.

Bukalah kaleng penutupnya, maka akan terlihat sirkuit bagian bawah dari balok tuner.  Bukalah solderan pada bagian yang penulis tandai.  Tanda X merupakan lilitan oscilator, kemudian dua sebelahnya adalah penala dan band pass filter.  Bila Anda tidak ingin repot cukup paralelkan condensator pada tiga lilitan tersebut.  Namun hasil yang didapat kurang memuaskan, karena biasanya akan menangkap spleteran / harmonisa dari radio komersial dan sensitifitas akan berkurang.
Setelah keempat bagian tersebut kita lepaskan solderannya, maka kita bisa melepas PCB tuner.
Masih ada lagi bagian yang akan kita lepaskan.  Perhatikan gambar dibawah ini.  Kita ambil obeng plus untuk membuka baut yang menahan koker, ferit serta tuas tuner.  Tanda kotak merah adalah solderan antara penutup atas dengan rangka tuas tuner blok.
Setelah bagian tersebut kita lepaskan, maka antara tuas, koker dan ferit bisa kita buka.

Terdapat tiga buah koker yang sama dengan lilitan kawat aslinya sekitar 0,5 mm.  Ambil koker tersebut, kita ambil kawatnya dan kita ganti dengan kawat yang berdiameter lebih kecil, misalnya 0,3 mm.  Semakin kecil kawatnya maka nilai induktansi L akan semakin besar, akibatnya range frekuensi akan semakin turun.


Gambar dibawah ini adalah koker yang sudah penulis ganti kawatnya dengan ukuran 0,3 mm.  Untuk memperkuatnya bisa kita tambahkan isolasi, agar lilitan tidak berubah-ubah.

Gantilah kawat pada ketiga koker tersebut.  Hati-hati bila menggunakan kawat 0,1 atau 0,2 mm karena akan mudah putus.  Jangan lupa untuk mengerok ujung kawat untuk menghilangkan lapisan emailnya agar bisa kita solderkan pada PCB.

Selanjutnya kita pasang kembali semuanya seperti semula.  Mulai dari tuas dan ferit, tutup atas, PCB dan juga tutup bawahnya.

Akhirnya tuner blok siap kita gunakan.  Pasangkan rangkaian IF Amplifier pada tuner dan juga frekuensi konter untuk mengetahui perubahan range frekuensinya.



Frekuensi terbawah pada 77,0 MHz




Frekuensi teratas pada 92,5 Mhz


Berdasarkan hasil tes, sensitifitas cukup bagus dan bersih dari harmonisa radio komersial.  Meskipun belum mencapai target turun sampai 76 Mhz, tetapi menurut penulis sudah cukup untuk kita pergunakan.  Di Indonesia range frekuensi 70 - 87 Mhz pada mode FM belum banyak dipergunakan sehingga kita bisa mempergunakan range frekuensi tersebut untuk ber eksperimen.  Akhirnya penulis ucapkan selamat mencoba semoga sukses.

Jumat, 15 Maret 2013

Radio Penerima FM Portable LA1260 & TDA2822M

Berawal dari membaca sebuah artikel tentang Modifikasi Tuner FM 12 volt menjadi 3 volt yang ada di Blog : http://elcotomotif.blogspot.com/2010/11/modifikasi-penerima-fm-tuner-12-volt.html, kemudian penulis mencoba rangkaian tersebut dan ternyata berhasil.  Kalau pada rangkaian aslinya menggunakan headphone untuk mendengarkannya, maka penulis coba mengembangkannya dengan memasangkan mini audio amplifier menggunakan IC TDA2822M.  Berdasarkan datasheetnya, tegangan kerja IC tersebut adalah 1,8 - 12 volt.  Maka sangat cocok bila kita gabungkan untuk membuat sebuah radio portable dengan front end menggunakan tuner balok, penguat IF menggunakan IC LA1260 dan AF amplifier menggunakan IC tersebut diatas.
Skema asli dari blog tersebut adalah seperti dibawah ini :
 
Dari skema diatas, kemudian penulis hilangkan penguat headphonenya diganti dengan Low Power AF Amplifier menggunakan IC TDA2822M.  Penulis juga pernah menggunakan IC LM386, tetapi ternyata dengan tegangan 3 volt kerja dari IC LM386 kurang maksimal, karena tegangan minimal menurut datasheet adalah 3,5 volt.  Karena itu pilihan kemudian jatuh pada TDA2822M.  Kelemahan dari IC ini pada tegangan 3 volt maka speaker yang cocok digunakan adalah 4 ohm.  Bila menggunakan 8 ohm, maka suara tidak terdengar keras.
Photo diatas adalah hasil rakitan penulis, dengan ukuran PCB yang cukup kecil 8,2 x 3,8 cm.  Tuner bloknya penulis letakkan pada bagian bawah PCB.  Dalam photo diatas, lilitan kawat adalah antena yang penulis solder dengan gulungan tenol.

Karena front end mempergunakan tuner blok, maka tidak diragukan lagi mengenai kepekaannya.  Mengenai pemakaian baterai, penulis mencoba menggunakan baterai NiMH bekas telepon FWT merek C*R*A dengan tegangan 3,6 volt 1000mA bisa hidup selama setengah hari.  Pada photo penulis coba menggunakan 2 buah baterai alkaline yang sudah hampir habis dan suara masih terdengar keras.
Untuk desain PCB belum bisa penulis upload karena menurut penulis project ini belum selesai.  Pengembangan selanjutnya adalah menggabungkan penerima portable ini dengan Wireless Microphone dan Push Switch menjadi sebuah pesawat walkie talkie di jalur VHF.
Demikian yang bisa penulis share kali ini, selamat mencoba dan semoga sukses.